Segitiga Bola
Salah satu materi di matematika yang
berguna untuk menyelesaikan soal-soal astronomi (khususnya tentang astronomi
bola) adalah “segitiga bola”.
Pertama-tama, kita bisa mencari
jarak terpendek di antara 2 titik di bidang datar dengan mudah bukan? Bagaimana
untuk bidang lengkung seperti bola? Perhatikan gambar di bawah ini!


Perhatikan. Di gambar kiri, jarak antara titik A dan B adalah ruas garis g (jarak terdekat antara A dan B). Bandingkan dengan gambar yang sebelah kanan. Jarak antara titik A dan B yang terletak di permukaan bola adalah busur AB. Harus dibuat sebuah lingkaran besar yang melalui titik A dan B untuk mencari busur AB tersebut. Lingkaran besar adalah lingkaran yang pusatnya berimpit dengan pusat bola. Ada satu lagi istilah yaitu lingkaran kecil. Lingkaran kecil yaitu semua lingkaran selain lingkaran besar.


Perhatikan. Di gambar kiri, jarak antara titik A dan B adalah ruas garis g (jarak terdekat antara A dan B). Bandingkan dengan gambar yang sebelah kanan. Jarak antara titik A dan B yang terletak di permukaan bola adalah busur AB. Harus dibuat sebuah lingkaran besar yang melalui titik A dan B untuk mencari busur AB tersebut. Lingkaran besar adalah lingkaran yang pusatnya berimpit dengan pusat bola. Ada satu lagi istilah yaitu lingkaran kecil. Lingkaran kecil yaitu semua lingkaran selain lingkaran besar.
Sekarang, apabila ada 3 buah
lingkaran besar, maka dari 3 lingkaran besar tersebut akan sebuah segitiga yang
sisi-sisinya adalah bagian dari busur pada bola. Perhatikan gambar untuk lebih
jelasnya.

Bisa dilihat di sana ada 3 buah lingkaran besar yang saling berpotongan sehingga membentuk suatu luasan pada permukaan bola (luasan ABC). Luasan tersebut dinamakan sebagai segitiga bola. “Segitiga ABC” ini adalah segitiga bola dengan sisi-sisinya (a,b,c) dibentuk dari busur-busur di permukaan bola. Besar busur a,b,c dihitung dalam derajat dan besarnya dari 0-360 derajat. “Segitiga” tersebut juga mempunyai sudut (A,B,C) yang merupakan sudut apit antara kedua busur yang besarnya dari 0-180 derajat. Segitiga bola mempunyai beberapa dalil, beberapa yang terpenting adalah :

Bisa dilihat di sana ada 3 buah lingkaran besar yang saling berpotongan sehingga membentuk suatu luasan pada permukaan bola (luasan ABC). Luasan tersebut dinamakan sebagai segitiga bola. “Segitiga ABC” ini adalah segitiga bola dengan sisi-sisinya (a,b,c) dibentuk dari busur-busur di permukaan bola. Besar busur a,b,c dihitung dalam derajat dan besarnya dari 0-360 derajat. “Segitiga” tersebut juga mempunyai sudut (A,B,C) yang merupakan sudut apit antara kedua busur yang besarnya dari 0-180 derajat. Segitiga bola mempunyai beberapa dalil, beberapa yang terpenting adalah :
- A + B + C pasti lebih
besar dari 180 derajat (A + B + C > π)
- Jumlah dua sudut pasti lebih
besar daripada sudut yang lainnya (A + B > C ; A + C > B ; B + C
> A)
- Jumlah dua sisi pasti lebih
besar daripada sisi yang lainnya (a + b > c ; a + c > b ; b + c >
a)
- Ekses bola (E, radian)
didefinisikan sebagai E = (A + B + C) – π. Kelebihan sudut ini
berguna untuk menghitung luas dari sektor segitiga bola tersebut.
Luasnya -> L = R² * E (R = jari-jari bola, E dalam radian)
Sekarang, aturan-aturan yang
menghubungkan besaran-besaran dari segitiga bola tersebut mirip dengan
aturan-aturan yang menghubungkan sisi dan sudut dari segitiga planar (bidang
datar) yaitu aturan cosinus dan aturan sinus.
Aturan
Cosinus
Segitiga Planar
|
Segitiga Bola
|
a² = b² + c² – 2bc cos A
|
cos a = cos b cos c + sin b sin c
cos A
|
b² = a² + c² – 2ac cos B
|
cos b = cos a cos c + sin a sin c
cos B
|
c² = a² + b² – 2ab cos C
|
cos c = cos a cos b + sin a sin b
cos C
|
Aturan
Sinus
Segitiga Planar
|
Segitiga Bola
|
Mirip kan rumusnya antara segitiga
planar dengan segitiga bola?
Yang terpenting hanya ini saja.
Sebenarnya ada rumus-rumus segitiga bola lainnya, tetapi itu semua hanyalah
turunan dari rumus-rumus di atas. Rumus-rumus di atas juga sebenarnya dapat
dibuktikan tetapi cara pembuktiannya cukup memusingkan.
Rumus-rumus di atas adalah dasar
untuk astronomi bola, contoh-contoh penggunaannya adalah menghitung besar jarak
antara, misalkan, kota Jakarta dengan London. Pertama-tama kita perlu
menggambar dulu segitiga bolanya lalu kemudian cari besar jarak sudut antara
Jakarta dengan London dengan aturan sinus atau aturan cosinus. Setelah itu bisa
dicari jarak linearnya. Sama kasusnya untuk tata koordinat benda langit. Bisa
dibuat rumus yang menghubungkan tata koordinat horizon dengan ekuatorial maupun
sebaliknya, tata koordinat ekuatorial dengan ekliptika maupun sebaliknya, dsb.
Mungkin post selanjutnya akan membahas beberapa tentang hal itu.
Artikel
dan bacaan yang menunjang :
A.E. Roy & D. Clarke – Principle and Practice 4th edition
http://en.wikipedia.org/wiki/Spherical_trigonometry
contoh aplikasi segbol : http://astronomy2008.wordpress.com/2008/12/14/segitiga-bola-part-ii/
A.E. Roy & D. Clarke – Principle and Practice 4th edition
http://en.wikipedia.org/wiki/Spherical_trigonometry
contoh aplikasi segbol : http://astronomy2008.wordpress.com/2008/12/14/segitiga-bola-part-ii/
Segitiga Bola (Part II)
Setelah selesai dengan penjelasan
tentang segitiga bola di post sebelumnya, maka sekarang di post ini saya akan
menjelaskan aplikasi dari prinsip segitiga bola untuk menyelesaikan beberapa
soal tentang astronomi, khususnya adalah jarak linear di bumi dan konversi
antartata-koordinat.
Contoh 1 : Jarak linear di Bumi
Misalkan kota A yang terletak pada
koordinat 50 derajat LU, 105 derajat BT dan kota B yang terletak pada koordinat
30 derajat LS, 30 derajat BT. Berapakah jarak terdekat kedua kota tersebut?
Strageti pemecahan : gambarkan
dahulu posisi 2 kota tersebut lalu hitung besar busur yang menghubungkan 2 kota
tersebut, lalu konversi menjadi jarak linear.
Definisikan dahulu besaran-besaran
yang ingin dicari.
Busur AB = a
Busur AZ = b
Busur BZ = c
Sudut BZA = A
Busur AB = a
Busur AZ = b
Busur BZ = c
Sudut BZA = A
Besar sudut A = 105 – 30 = 75
derajat. b = (90-50)derajat = 40 derajat. c = (90+30) derajat = 120 derajat.
Setelah semua besaran ada, gunakan aturan cosinus untuk mencari sisi a.
Setelah semua besaran ada, gunakan aturan cosinus untuk mencari sisi a.
Setelah kita dapatkan besar busur a,
kita harus mencari dahulu panjang linear di bumi per satu derajat. Besarnya bisa
kita dapatkan dengan membagi keliling ekuator bumi dengan 360 derajat, kita
akan dapatkan panjang per satu derajat. Lalu angka tersebut dikalikan dengan
103.82 derajat, maka kita dapatkan jarak terdekat Jakarta-London.
Di atas adalah salah satu contoh menghitung
jarak terdekat di permukaan bola. Contoh lainnya menyusul.
Untuk yang
masih bingung tentang segitiga bola, baca kembali artikel http://astronomy2008.wordpress.com/2008/12/14/segitiga-bola/
Link ny gk ad lagi, ad yg lain???
BalasHapus